Stiker Tumpuk yang Bikin Hati Remuk

stiker-tumpuk-bukan-buku-ditumpuk

Stiker tumpuk adalah istilah untuk stiker cutting lebih dari satu warna. Bukan dengan sistem cutting silang, melainkan ditumpuk. 

Contoh stiker tumpuk ialah ketika ada pemilik rumah makan Padang yang datang ke tempat stiker kita. Lalu minta didesainkan tulisan nama rumah makan yang dibuat melengkung ke atas.

Lalu di bawahnya tulisan rumah makan Padang. Biasanya meski tidak ada hukumnya, pemilik rumah makan ini minta dibuatkan dua warna. Dan itu pasti ditumpuk, bukan printing. 

"Saya minta yang awet, Bang."

"Jangan yang setahun robek dan warnanya pudar."

"Yang dua warna itu, Bang."

Begitulah beberapa permintaan yang semuanya merujuk pada satu pemehaman, oooh yang dimaksud stiker tumpuk cutting.

Siap Bang! Lalu sibuklah desainer grafisnya membuat pola huruf sesuai selara. Yang pesan asyik-asyik saja di belakang kursi si desainer.

Deal soal warna dan pemahaman tentang stiker tumpuk. Masuklah ke pembahasan yang utama. Kalau soal percintaan, ini bagian bagaimana keluarga lelaki datang ke rumah orang tua si perempuan untuk menanyakan. Mau nggak dinikahi lelaki pujaannya?

Sekarang soal harga Doel! Misalnya si pemilik usaha cutting stiker menyebut angka Rp100 ribu. Sudah termasuk dikopeki. Pakai dimasking. Termasuk plus dipotongi per baris biar enak nanti kalau mau ngasih jarak saat pemasangannya.

Henak to henak to.... kayak iklan obat atau jamu tradisional itu ya kwkwkwk.

Lalu terjadilah eyel-eyelan. Lha yang mau buat stiker tumpuk merasa harga yang diberikannya kemahalan.

"Kan baru seminggu lalu saya juga buat di sini, Bang?"

"Aai, kok naiknya cepat kali, ya? Bulan lalu nggak sampai segitu harganya."

Si pemilik usaha stiker tumpuk cutting lalu dengan kesabarannya menjelaskan bagaimana prosesnya. Stiker cutting berbeda dengan stiker printing. 

Panjang-lebar menjelaskannya. Kalau kampanye pasti pesertanya sudah pada bosan. Maunya langsung hiburan artis ibu kota saja, atau nggak usah pakai kata sambutan. Njoget terus. Nangis pun dikendangi, pasti yang merasa sobat ambyar tahu dan paham kalimat itu.

Karena tetap nggak ada titik temu. Akhirnya si pemesan stiker tumpuk teringat sesuatu.

"Oh, uya, Bang, kemarin pas selesai pasang saya foto. Bentar ya saya cari."

Si pemilik tempat stiker menyilakan pelanggannya menunjukkan fotonya. Entah ada berapa ribu foto dalam memori ponselnya, lama sekali mencarinya.

Lalu, "Ini, Bang!"

Lalu ia menunjukkan gambar di ponselnya kepada pemilik stiker cutting.

"Nah ini satu warna, Bang, Bukan stiker tumpuk, ya pastilah harganya lebih murah."

"Tetapi kan nambahnya hanya sedikit Bang. Tinggal tambahi setengah centimeter di sekitar huruf yang di tengah."

Lalu yang dipesani stiker tumpuk menjelaskan untuk ke sekian kali. Tidak mungkin membuat stiker tumpuk dengan cara yang dimaksud pelanggannya.

"Saya harus cutting huruf yang di dalam, dikopeki. Habis itu saya harus potong outlinenya sebagai pembatasnya. Ukurannya lebih lebar dikit yang yang warna pertama tadi."

Si pemesan stiker tumpuk mencoba untuk memahami apa yang disampaikan.

"Setekah itu bang, saya tumpuk sehingga huruf yang di atas lebih kecil ukurannya ketimbang garis luarnya. Jadi harus ditumpuk, bukan saya potong bahan selebar setengah centimeter lalu saya lekatkan di tepi huruf demi huruf," jelas pemilik usaha stiker.

Sabar ya Bossss.... bisik Sopo kepada Jarwo qiqiqiqi.

Tawarannya mental, akhirnya si pemesan minta dibuatkan srtiker satu warna saja.

Yang dipesani oke saja, daripada stiker tumpuk dengan ditawar harga yang bikin hati remuk. ***

0 Response to "Stiker Tumpuk yang Bikin Hati Remuk"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel