Ramai Saja Tak Cukup untuk Usaha Sticker


cuttingstickerupdate - Siapa yang tak ingin usaha stikernya ramai? Setiap hari kebanjiran order. Nyaris tak ada karyawan yang memiliki waktu istirahat. Ada saja yang datang.

Wrapping, stripping, printing, branding dan segala tetek bengek urusan stiker. Sayang, Anda mengobral harga.

Hampir dapat dipastikan, di setiap kota terjadi pergolakan harga jasa pasang stiker. Antar pelaku usaha tak saling bersikap sportif.

Berbeda dengan kebijakan pemerintah yang memiliki kekuatan hukum tetap, misalnya harga jual bahan bakar minyak, terjadi kenaikan sepihak pasti konsumen protes. Iya, BBM urusan pemerintah. Sementara stiker? Ya tanggung jawab Anda Anda sendiri. Ya, kan?

Kalau saya, dengan tegas berani menolak order yang hanya mempertimbangkan harga bahan. Katakanlah konsumen ini tahu harga bahan jenis dan seri anu per meter berapa. Lalu ia tanya, kalau membungkus total mobil merek anunya habis berapa meter bahan? Dengan perhitungan harga bahan itulah ia akhirnya ikut memutuskan harga yang Anda pasang.

Pertanyaannya, memang Anda tak butuh bayar karyawan? Atau kalau tak ada karyawan, tak punya kewajiban membayar sewa kios? Atau kios punya sendiri, pertanyaan yang paling mendasar adalah apakah keringat Anda tak ingin dihargai?

Atau karena glamournya media sosial lebih mengalahkan kesehatan usaha Anda dari sisi keuangan? Saya berani jamin, belum tentu mereka yang sering dan rajin upload foto pekerjaanya ke media sosial usahanya sangat sehat. Hanya untuk propaganda atau promosi? Bisa saja.

Kuantitas belum menjamin Anda tersenyum puas, Bro. Seberapa lama Anda mampu bekerja hanya mengambil sedikit keuntungan dari selisih harga dasar bahan dengan harga jualnya? Tenaga adalah modal yang tak kalah penting selain bahan dan mesin stiker tentu saja.

Kalau tenaga sudah terkuras habis, mungkin Anda bisa pensiun dini dari usaha ini. Mending pegawai negeri mendapatkan jaminan hari tua alias pensiun, kalau kita yang tak mempersiapkan diri dengan baik menyongsong hari tua? Bukan pensiun namun pikun hehehe.

Gak masalah menurut saya Anda menaikkan harga bahan dari harga modal, lalu keringat Anda juga dihitung di dalam harga yang ditawarkan kepada konsumen. Lha wong tukang stiker kok memiskinkan diri, menerima semua order agar terlihat ramai sementara bayarannya tak sepadan.

Jika Anda adalah pemilik usaha stiker dan memiliki karyawan, adalah sangat bijaksana berani mengajak mereka sharing harga. Mengapa butuh karyawan untuk berembug? Soalnya mereka yang mengerjakan orderan itu Bro, bukan Anda. Karyawanlah yang paling tahu seperti apa kesulitan saat mengerjakan pemasangan stiker pada media seperti diminta konsumen.

Saya berangan angan suatu ketika tukang stiker Indonesia memiliki manifesto sendiri. Seperti para hacker itu lho, menciptakan manifesto sendiri yang dijaga dengan hati. Biar usaha stiker Anda ramai, hindarilah memberikan harga yang tidak wajar.

Suatu saat kekonyolan tadi akan membuat kelimpungan. Contohnya, okelah saat ini Anda membanting harga karena harga bahan masihlah bisa untung tipis. Kalau tiba tiba harga bahan stiker naik seperti saat ini? Apakah Anda akan mampu bertahan dengan harga lama? Mau tak mau ikut naik.

0 Response to "Ramai Saja Tak Cukup untuk Usaha Sticker"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel