Pesona Susur Jalan Lintas Barat di Pulau Bintan, Kepri

Wisata zaman sekarang sudah sangat melebar arti dan tempatnya. Zaman dahulu, ketika saya kecil berwisata adalah rombongan naik bus dari kampung ke Jakarta mengantarkan calon jemaah haji.

Tahun-tahun itu, saya bersama anak tetangga bisa setiap tahun berwisata ke Jakarta. Tentu saja setelah mengantarkan calon jemaah haji yang hanya bisa melalui embarkasi di Jakarta.

jalan lintas barat jadi objek wsiata
Sumber foto - terkininews.com

Berbeda dengan sekarang, embarkasi di bangun di sejumlah kota. Hal ini pun memudahkan calon jemaah haji, karena menyingkat waktu. Namun tradisi di kampung saya juga hilang, karena sekarang mengantarkan anggota keluarga yang naik haji cukup ke embarkasi Solo.

Atau berwisata ialah pelesiran ke Borobudur, Pantai Parangtritis di Yogyakarta, Kebun Binatang Ragunan di Jakarta dan sebagainya.

Sekarang? Apa saja bisa menjadi wisata. Wisata religius, kuliner, alam, olahraga dan sebagainya.

Rasanya tidak salah jika saya mengajak kalian untuk berwisata menyusuri jalan Lintas Barat yang menghubungkan Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau.

Pesona Jalan Lintas Barat

jalan lintas barat jadi wisata alam
Sumber foto - flickr.com/ThroughTheL3ns

Susur gua, susur pantai, susur bakau sudah biasa. Nyatanya banyak wisatawan yang mencobanya dan menikmatinya. Nggak berlebihan juga jika mencioba menawarkan susur jalan.

Jalan Lintas Barat di Pulau Bintan bukan melulu jalan aspal yang menggoda untuk dilintasi. Ada enam jembatan yang menjadi penghubung ruas jalannya.

Memang, dilarang behenti di badan jembatan untuk berfoto-foto. Namun, menikmati mobil atau motor dari atas jembatan pasti menimbulkan sensasi yang bagaimana gitu.

Apalagi bentuk jembatannya juga berbeda-beda. Saat melintasi jembatan, air laut menghampar di bawah. Sementara sejauh mata memandang biasanya hutan bakau atau mangrove.

Jika hanya sekadar istirahat, parkirkan saja kendaraan di tepi jalan yang teduh oleh pepohonan. Lalu menggelar tikar.

Atau kalau mau, cukup banyak tempat makan siap menerima kunjungan kalian. Jumlahnya banyak, nggak cuma satu atau dua kedai.

Dari hanya menawarkan es campur, nasi sayur lengkap lauknya hingga restoran seafood. Kalian harus jeli membaca banner-banner atau papan nama tempat makan di tepi jalan.

Jangan khawatir, meski bannernya sederhana dan butuh perjuangan melintasi jalan kecil masuk ke pelosok, namun akan terbayar begitu sampai.

Kalian tinggal pilih restoran yang didirikan di atas laut. Bangunan panggung ini menyediakan aneka makanan laut. Gonggong, beragam ikan, kepiting dan sayuran segar skan dihidangkan kepada kalian.

Tenang saja, ikan atau kepiting yang kalian pesan diambil langsung dari keramba yang ada di sisi restoran. Kalian bisa menyaksikannya langsung.

Lepas dari makan, menikmati tetumbuhan di Jalan Lintas Barat juga cukup mengasyikkan. Hampir sepanjang perjalanan, kurang lebih 45 kilometer, mata akan dimanjakan dengan warna hijau pepohonan.

Ada juga danau-danau bekas galian tambang yang sekarang terisi air. 

Di beberapa tempat, kalian akan menemukan tebing bekas bukit yang dipotong. Karena kikisan hujan dan kejadian alami lain, ada yang bentuknya bagus. Bisa dijadikan latar foto-foto.

Tak ketinggalan wahana permainan yang bisa menjadi pilihan keluarga. 

Sementara satu yang tak kalah menarik ialah Gunung Bintan. Meski tingginya tak sampai ribuan meter, namun suasananya tetap saja seperti gunung lainnya.

Pepohonan lebat menutupi permukaannya. Di sini ada satu objek wisata air terjun yang belum dikelola secara matang. Jika dirancang, dikelola dengan sangat bagus, tidak menutup kemungkinan akan menjadi destinasi wisata alternatif selain Trikora.

Surganya Durian

durian bintan yang rasanya khas
Sumber foto - Instagram @ninja.nomad

Siapa di antara kalian penikmat buah durian? Nah, di sejumlah titik di Jalan Lintas Barat akan dengan mudah ditemukan para penjual buah durian yang dipetik dari kebun mereka sendiri.

Melansir tabloidsinartani.com, Pulau Bintan memiliki beberapa jenis durian yang khas. Berikut merupakan hasil karakterisasi beberapa durian lokal Bintan yang telah didaftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP):

1. Durian Susu

Karakter bentuk daun elip, bentuk buah bulat dengan warna kulit buah hijau cerah, dagingnya berwarna putih, biji coklat muda, dan memiliki rasa buah manis agak pahit, intensitas aroma sedang, dan tekstur yang lembut. 

Berat buahnya  sekitar 1,35 kg dan daging buahnya 26,6 g. Satu pohon dapat memproduksi 65 buah per musim.

2. Durian Tembaga

Dicirikan oleh bentuk daun oval, bentuk buah bulat  lebar dengan warna kulit kuning kehijauan. Warna dagingnya kuning emas. Durian ini memiliki rasa yang manis dan dagingnya lembut, namun aromanya menyengat. 

Bobot buah berkisar 1,03 kg dan daging buahnya 13.3 g. Terdapat sekitar 75 buah per musimnya.

3. Durian Kuning

Memiliki bentuk daun elip, bentuk buah lonjong dan kulitnya berwarna coklat cerah. Warna daging buahnya putih kekuningan  dengan rasa manis agak pahit dan tekstur yang lembut. 

Aromanya sedang. Kisaran bobot buahnya adalah 1.25 kg dengan berat daging buah 17.3 g. Sekitar 80 buah diproduksi setiap musim.

4. Durian Daun

Daunnya elip dan buahnya berbentuk bulat serta berwarna kulit hijau cerah. Daging buah durian daun berwarna putih kekuningan dengan aroma tidak menyengat, memiliki rasa agak manis dan tekstur lembut. 

Buahnya kecil, dengan berat rata-rata 0,5 kg dan daging buahnya 19,6 g. Pohonnya dapat memproduksi hingga 400 buah per musim.

Rumah Makan Alam

gunung-bintan-di-pulau-bintan
Sumber foto - Instagram @kepriinsta

Selanjutnya, silakan masuk ke sebuah lokasi tempat makan yang sangat luast di kaki Gunung Bintan. Lokasinya sebelum jembatan kalau dari arah Tanjunguban, belok kiri.

Hanya ada gapura sederhana bertuliskan nama restoran. Jangan khawatir, meski dari pintu masuk jalannya setapak, namun begitu sampai di area parkirnya mampu memuat puluhan mobil dan ratusan motor.

Di sebelah kiri adalah pepohonan, beberapa diantaranya berusia tua. Sementara di sebelah kanan adalah hutan bakau dengan air laut tenang mengalir pelan.

Restorannya separoh di tanah pegunungan san separoh di atas laut. Jembatan terlihat jelas dari tempat ini.

Kursi dan mejanya menghindari buatan pabrik dan bergaya modern. Hanya batang pohon yang dibelah dan diratakan, dihaluskan sehingga masih menyatu dengan alam.

Tak ada dinding mengalangi pemandangan. Hanya alam, pepohonan dan panorama lain sejauh mata memandang.

Aneka sajian makanan lokasl hingga nusantara bisa ditemukan di sini. Pramusajinya melayani setiap tamu yang datang agar memiliki kenangan dan suatau saat kembali.

Pengelolanya menyediakan wahana permainan untuk anak. Nyaman dan aman, diawasi oleh petugas sehingga orang tua bisa menikmati bersantap dengan nyaman.

Tentu saja fasilitas pendukungnya juga dibuat. Ada musala berukuran besar di sini. Bangunannya bersih. Ada sarung dan mukena didiapkan bagi pengunjung yang tidak membawa peralatan salat atau kelupaan.

Di sebelah sana ada semacam gazebo khusus untuk para perokok. Tempatnya agak tinggi sehingga asap roko tidak mengganggu pengunjung yang memang bukan perokok.

(Sayangnya rumah makan gunung ini imajinasi saya, belum ada investor yang berpikir membangunnya)

Sejarah Jalan Lintas Barat

jembatab busung jalan lintas barat
Sumber foto - Instagram @nabielias17

Pembangunan Jalan Lintas Barat sepanjang 45 kilometer dimulai sejak Kabupaten Bintan dipimpin Bupati Ansar Ahmad yang sekarang Gubernur Provinsi Kepulauan Riau. Mengapa jalan ini dibangun pemerintah pusat?

Karena untuk menghemat waktu. Jika melintasi jalan lama, jarak Kota Tanjungpinang ke Tanjunguban di Kabupaten Bintan harus ditempuh 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Jalannya juga sempit.

Sementara jika Jalan Lintas Barat terbangun perjalanannya hanya memakan waktu 45 menit sampai 1 jam. 

Jalan Lintas Barat merupakan rangkaian jalan dan enam jembatan. Jembatan tersebut diantaranya Jembatan Gesek sepajang 60 meter, Jembatan Busung 260 meter, Jembatan Ekang Anculai sepanjang 170 meter, Jembatan Sei Bintan sepanjang 120 meter, Jembatan Kang Boy sepanjang 360 meter.

Saat ini Jalan Lintas Barat baru ada satu jalur untuk arah berlawanan. Namun, Ansar Ahmad yang usai masa jabatannya sebagai Bupati Bintan dan duduk di kursi DPR RI mengusulkan agar dibangun dua jalur.

“Saya akan fokus pelebaran dan penambahan jalur jalanan di Lintas Barat. Supaya nantinya bisa dua jalur,” ujar Ansar, pada 17 Januari 2022.

Sebelas usulan program prioritas dari Pemprov Kepri diakomodir di Musrenbangnas tahun 2022. Salah satunya pembangunan jalan Lintas Barat lanjutan. 

Yuk berwisata menyusuri Jalan Lintas Barat di Pulau Bintan. ***

0 Response to "Pesona Susur Jalan Lintas Barat di Pulau Bintan, Kepri"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel