Yang Terlihat Kotor Belum Tentu Kotor

Bagi Anda yang langsung mual ketika membaca atau melihat foto toilet kotor, mungkin sebaiknya dipertimbangkan dahulu apakah ingin meneruskan membacanya atau menutup halaman ini.

Apa yang saya tuliskan ini adalah pengalaman pribadi pada 24 Juli 2022 lalu. Sebagai orang Tanjungpinang, kalau ingin pelesir yang paling mudah ya ke pantai.

Kalau mau ke pantai di Pulau Bintan, Anda tinggal pilih. Mau yang jauh atau dekat. Mau yang bersih terjaga atau ala kadarnya.

Mau yang berbayar lagaknya sultan dan sultani, ada juga yang sama sekali nggak bayar. Bawa makanan dan minuman sendiri juga boleh. Paling hanya mengeluarkan biaya untuk menyewa pondok.

Kecuali Anda membawa pondok sendiri. Cari tempat yang masih "perawan", terobos saja sesemakan yang penting ketemu pantai di ujungnya.

Pada hari itu, kebetulan saya melintasi Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Waktu zuhur sudah tiba.

Saya parkir kendaraan lalu melangkah ke komplek masjid yang tak terlalu besar. 

Sudah ada beberapa jemaah menunggu salat berjemaah di dalam. Saya mengambil wudu dan bergabung dengan mereka. Pas ketika saya masuk, iqomat dilantunkan.

Alhamdulillah, masih diberi kesempatan zuhur berjemaah dengan saudara seagama dalam perjalanan minggu.

Namun sakit perut memang sesuatu yang tak bisa diterka. Tiba-tiba saya mual rasanya di dalam sana. Ada sesuatu yang mau nggak mau harus dikeluarkan, kalau nggak ingin jadi penyakit.

Toh tetap saya syukuri, andaikata sakit perut itu terjadi kalai saya masih menjadi makmum. Apa iya saya harus menahannya agar tidak bunyi sebelum salam.

Bukan masalah bunyi atau tidak bunyi, hukumnya sama. Salat saya batal dan saya harus berwudu lagi. Celakanya sudah bunyi bau lagi, nggak bisa saya bayangkan bagaimana jemaah kanan kiri saya.

Buru-buru saya menuju kamar kecil yang ada di samping tempat wudu masjid. Begitu kaki kiri saya melangkah e lantai kamar mandi, pandangan saya langsung tertegun.

Tepat di depan hidung saya lobang toilet berwarna cokelat tua. Asli, bayangan saya langsung melanglang buana. Kalaulah ada tempat lain saat itu, saya pasti pindah.

Namun saya dalam kondisi darurat. SOS atau save our soul, istilah asingnya. Namun daripada saya menahan muntah, hal pertama yang saya lakukan ialah mengambil air di bak dengan gayung yang disediakan.

Berharap segayung air tadi bisa menenggelamkan sesuatu penyebab munculnya warna cokelat tua tadi di lobang toilet.

Byur! Saya tuangkan agar cepat biar benda itu bisa langsung tergelincir terbawa arus air. Mirip main perosotan di waterpark itu lho, lancar mengalir.

Betapa kagetnya saya ketika guyuran air dari gayung tak mengubah penampilan lobang toilet. Masih penasaran saya ambil air dengan gayung.

Saya ulangi sampai tiga kali, hasilnya sama saja. Lobang toiletnya masih berwarna cokelat tua.

Begitulah manusia, seperti saya saat itu. Tak memahami apa yang sebenarnya terjadi sudah main hakim sendiri di otak. Ternyata memang dinding lobang toilet warnanya sudah buram sehingga membentuk cokelat tua.

Ketika baru dipasang pasti bersih. Namun air di Pulau Bintan tak sedikit yang mengandung bauksit. Ingat, Bintan adalah penghasil bauksit yang kualitasnya bisa disebut yang terbaik di dunia.

Saya jadi teringat sesuatu yang diisi air sumur lama-kelamaan akan meninggalkan residu berwarna kuning, cokelat hingga cokelat tua.

Itulah yang sebenarnya terjadi di toilet yang sedang saya gunakan saat itu. Begitu yakin toiletnya bersih saya pun jongkok.

Tidak perlu saya tuliskan di sini apa yang terjadi. Silakan bayangkan diri anda sendiri hehe.

Alhamdulillah, sakit perut pun berakhir. Saya tengok bagian dalam kamar kecil yang saya masuki. Jujur saja, semuanya bersih.

Satu-satunya yang langsung membuat saya dan juga banyak orang mau muntah ialah lobang toilet yang kecokelatan.

Lobang toilet di Masjid Al Amal memberikan pelajaran bagi saya. Sesuatu yang jelas terlihat langsung saya hakimi sebagai sesuatu yang kotor.

Harusnya saya melakukan kroscek dahulu. 

Apalagi untuk sesuatu yang tak terlihat. Hati seseorang misalnya. Dengan santai saya mengira-ira, jangan-jangan orang itu begini dan begitu.

Dan siang itu saya belajar dari toilet di Masjid Al Amal, Teluk Bakau. ****

0 Response to "Yang Terlihat Kotor Belum Tentu Kotor"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel